Cari file, data, apapun monggo ketik disini...

Senin, 09 November 2009

Profil Para Pakar Ekonomi Syariah

Prof. DR MASUDUL ALAM CHOUDHURY, PhD


EDUCATIONAL QUALIFICATIONS AND SPECIALIZATIONS

Ph.D. Political Economy, University of Toronto, OISE. 1977.
Thesis: "Some Aspects of Optimal Human Capital Investment and Economic Growth: Theoretical and Empirical Study", Prof. M. Handa.

M.A. Political Economy, University of Toronto, 1973.
Major Paper: "Foundations of Islamic Economics", Prof. Samuel Hollander.

M.Phil. Mathematical Statistics with Specialization in Econometrics, University of Islamabad, 1969.
Thesis: "Multicollinearity Problem in Economic Models", Prof. A.H. Baloch.

M.Sc. Pure & Applied Mathematics, University of Islamabad, 1968.

B.Sc. Hons. Pure Mathematics, University of Dhaka, 1967.


TEACHING/RESEARCH EXPERIENCE

Professor of Finance and Economics, College of Industrial Management, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran 31261, Saudi Arabia (on leave from Cape Breton University (CBU)) 1999-2001.

(Full & tenured) Professor of Economics (1992-present), Cape Breton University (CBU), Sydney, Nova Scotia, B1P 6L2, Canada. Associate Professor 1985-92.

Visiting Professor in Social Economics, Department of Sociology of Education, Ontario Institute for Studies in Education, 1984-85.

Senior Economist, Economics and Policy Planning Department, the Islamic Development Bank, 1983-84.

Assistant Professor of Economics, College of Engineering, King Abdulaziz University, 1979-83.

Adjunct Lecturer in Statistics, University of Regina, 1978-79.

Manpower Planning Officer, Saskatchewan Department of Labour, Regina, Saskatchewan, 1978-79.

Research Economist, Ontario Ministry of Labour, and Manpower Economist, Saskatchewan Department of Labour, 1977-79.

Assistant Professor of Statistics, University of Chittagong, 1969-72.

A total of over 30 years of teaching & research experience.


OTHER TEACHING/RESEARCH POSITIONS

Invited as Visiting Full Professor in Economics, School of Social Sciences, Science University of Malaysia, April - August 31, 1995: presenting a series of eight lectures in Islamic Social Sciences and launching the Second International Conference in Islamic Political Economy: "The Structure of Islamic Political Economy at the Turn of the Century: A Global Paradigm"; team work in establishing the International Project on Islamic Political Economy at this School; the Minor Package in Islamic Political Economy at this School; editing along with others the Proceedings of the First International Conference in Islamic Political Economy entitled, Islamic Political Economy in Capitalist Globalization: An Agenda for Change;


Invited as Visiting Full Professor (April-August 31, 1994), Faculty of Economics, National University of Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia: team research on Malaysian econometric model, faculty lectures and evaluation of economics program; established the Islamic Economics Module and completed the book, Alternative Perspectives of Third-World Development: The Case of Malaysia (published by Macmillan, London & St. Martin's, NY 1996) with Drs. Uzir Abdul Malik and Mohd. Anuar Adnan; other joint publications with some UKM Economics Faculty members; participated in the IRPA Privatization Project.

Ir. Muhammad Syakir Sula

Biodata

Dilahirkan di Palopo, Sulawesi Selatan
Pendidikan: SD – SMA di Palopo, Sulawesi Selatan, Institut Pertanian Bogor (IPB), 1 tahun , Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung
Istri : Lukita Tantri
Anak : Hanna Nurul Izzah
Kajian Informal yang pernah diikuti selama kuliah
Kajian-kajian Jamaah Tarbiyah, Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Muhamadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pengajian Isa Bugis, Pengajian Islam Jama’ah, Darul Islam, Jama’ah Imran, Pengajian Bang Imad dan Miftah Farid, dll


Awal ketertarikan ke dunia ekonomi syariah

Makasar, 1979, seorang remaja belia sedang tekun menyimak khutbah jumat disebuah masjid. Kepincut dengan uraian ekonomi Islam, ”anak surau” ini terus memburu jadwal khutbah sang khatib. Kemana pun khatib ceramah, ia berusaha terus mengikutinya.
Siapa sangka, puluhan tahun kemudian, anak yang sehari-hari banyak di masjid ini menjadi salah satu motor ekonomi syariah. Anak itu tidak lain adalah Muhammad Syakir sula. Khatib tersebut adalah Prof. Dr. Halide, pakar ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) yang sejak 1977 sudah giat mengampayekan ekonomi Islam.

Aktivitas di dunia ekonomi syariah

Syakir Sula pernah terlibat langsung dalam sejumlah lembaga ekonomi syariah, seperti Ketua Assosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Wakil Ketua Ikatan Ahli ekonomi Islam (IAEI), Bendahara umum yayasan Dinar Dirham, Anggota Komite Syariah Departemen Keuangan, Sekretaris Komisi Ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan penasehat bidang pemasaran dan asuransi Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Tapak suksesnya diawali ketika tahun 1995 ia diajak mendirikan lembaga asuransi Islam yang kini bernama Takaful. Bersama pakar ekonomi syariah lain, Syafi’i Antonio, dan beberapa aktivis lainnya, Syakir Sula menjadi think tank lembaga asuransi syariah pertama dan satu-satunya ketika itu. Ia juga ikut merintis takaful dari nol. Mulai dari seorang agen pemasaran sampai menjadi direktur.
Kini Takaful sudah cukup Berjaya, Tahun 2004 lalu menjadi perusahaan asuransi terbaik. Karena perkembangan asuransi syariah di negeri ini cukup pesat, Indonesia kini menjadi kiblat dunia, kalau asuransi umum berkiblat ke London, asuransi jiwa ke Amerika, asuransi Islam ke Indonesia, yaitu ke AASI.
Karir Syakir Sula di Takaful menjadi cikal bakal dalam menekuni ekonomi syariah, untuk kemudian merambah di bidang lain. Ia kemudian pindah ke Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dalam waktu yang sama menjadi konsultan di pegadaian syariah, Broker syariah, Reksadana Syariah, dan lain sebagainya.
Syakir Sula juga menangani sejumlah klien paninlife sebagai dewan pengawas syariah, Nasrei dan central asia raya (CAR) sebagai ketua dewan pengawas syariah. Disela-sela kesibukannya, pria ramah ini menjadi direktur Batasa tazkia, komisaris utama asuransi jaminan broker Indonesia (syariah), serta mengajar di Pasca sarjana FE Universitas Trisakti di program studi Islamic and Finance.
Ada obsesi yang hingga kini masih terpendam yaitu negeri ini harus bisa menganti sistim ekonomi ribawi ke Islami. Umat Islam mayoritas di negara ini, dan sistim ekonomi syariah terbukti mumpuni mengatasi terpaan krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu. ”Sudah saatnya sistim dari syariah menjadi solusi agar bangsa ini bisa bangkit dari keterpurukan”. Papar pria yang mengaku merasa sakit bila tidak membaca dan menulis ini.

Sumber:
Profil di majalah hidayatullah, maret 2006

Dr. K.H. Didin Hafiduddin


Nama:
Dr. K.H. Didin Hafiduddin
Agama:
Islam
Jabatan:
Pimpinan Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor

Karir:
Ketua Badan Pertimbangan Badan Amil Zakat Nasional
Rektor Universitas Ibnu Khaldun Bogor
Dosen IPB

Alamat:
PPMS Ulil Albaab
Kampus dalam UIKA
Jl KH Sholeh Iskandar KM.2 Bogor
Tel:0251-335894

Makna Jihad Sering Dipersempit

Mantan Rektor Universitas Ibnu Khaldun Bogor KH Didin Hafiduddin mengatakan pengertian jihad sering disalahartikan orang secara sempit dengan arti peperangan secara fisik. Padahal, jihad memiliki makna yang sangat luas, yakni sebuah kesungguhan untuk melaksanakan ajaran Islam guna memperbaiki keadaan.

Didin mengemukakan hal itu ketika tampil sebagai ahli dalam sidang perkara Abu Bakar Ba’asyir di Gedung Badan Meteorologi dan Geofisika, Kemayoran, Jakarta, Selasa 29/7/03. Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim M Saleh, itu Didin menegaskan, pengertian jihad sangat luas. Namun, ia mengakui ada usaha dari pihak tertentu untuk menyempitkan pengertian jihad dalam arti peperangan secara fisik.

Menurut dosen IPB ini, jihad adalah sebuah kesungguhan memperbaiki keadaan, misalnya dalam bidang pendidikan, ekonomi alternatif, bidang hukum, dan lain-lain. Ketika ditanya penasihat hukum apakah dalam jihad ada musuh tetap yang harus dihadapi, misalnya orang-orang yang tidak se-agama dengan Islam, Didin justru menegaskan bahwa dalam Al Quran dinyatakan tidak ada larangan untuk berbuat baik dengan orang yang berbeda agama.
***

Dr. K.H. Didin Hafiduddin, M.Sc. dalam salah satu acara seminar dengan tema "Aspek Hukum dalam Pengembangan Potensi Zakat bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" mengatakan: Dana zakat yang terkumpul boleh dipergunakan untuk membangun rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan, asalkan pasien rumah sakit atau pelayanan kesehatan itu adalah para mustahik.

Artinya, para pasien yang tergolong sebagai mustahik tersebut tidak dipungut bayaran apa pun oleh pengelola rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan.

Begitu pula membangun sarana pendidikan dengan uang hasil pengumpulan zakat, itu dibolehkan asalkan siswa yang sekolah di tempat tersebut adalah para mustahik. Pihak pengelola sekolah hasil uang zakat dilarang memungut uang bayaran kepada para siswa yang mustahik tersebut. (PKPU Online)

Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, takterkecuali masalah makan. Oleh karena itu bagi kaum muslimin, makanan di samping berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, juga berkaitan dengan ruhani, iman dan ibadah juga dengan identitas diri, bahkan dengan perilaku, demikian ujar K.H Didin Hafiduddin, MS dalam Seminar Pameran Produk Halal Indonesia, Al Ghifari'96, di Bogor.

Dana Zakat Boleh untuk Membangun RS
BANDUNG, (PR).-
Dana zakat yang terkumpul boleh dipergunakan untuk membangun rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan, asalkan pasien rumah sakit atau pelayanan kesehatan itu adalah para mustahik. Artinya, para pasien yang tergolong sebagai mustahik tersebut tidak dipungut bayaran apa pun oleh pengelola rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan.

Begitu pula membangun sarana pendidikan dengan uang hasil pengumpulan zakat, itu dibolehkan asalkan siswa yang sekolah di tempat tersebut adalah para mustahik. Pihak pengelola sekolah hasil uang zakat dilarang memungut uang bayaran kepada para siswa yang mustahik tersebut.

Demikian dikemukakan Dr. K.H. Didin Hafiduddin, M.Sc. dalam acara semiloka nasional "Aspek Hukum dalam Pengembangan Potensi Zakat bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" di Hotel Panghegar Bandung, Sabtu (5/4). Dalam acara yang diadakan oleh Forum Silaturahmi Masyarakat Peduli Zakat itu, tampil pula sebagai pembicara utama yakni Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja, S.H., S.U., serta pembicara pendamping Agus Kusnadi, S.H., M.H., Dr. Mohammad Najib, M.Ag., Dr. H.A. Suryadi, Ir. Sugiarti, M.T., dan Drs. H. Endang Rahmat.

Mereka menyampaikan materi tentang "Aspek Hukum dalam Pengembangan Potensi Zakat bagi Kesejahteraan Masyarakat", "Perlindungan Hukum bagi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat", "Zakat dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat", "Pola Pengelolaan Zakat dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Umat", "Pendayagunaan Zana ZIS bagi Kesejahteraan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan", "Bantuan APBD untuk Lembaga-lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Peluang Penyimpangannya", serta "Bantuan Pemerintah dalam Mendukung Pendayagunaan Dana Zakat:Kasus Aliran APBD Jabar Pos 2.14 dan 2.15".

Menurut Didin Hafiduddin, sebenarnya potensi zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dari umat Islam itu sangat besar. Hanya, persoalannya ialah lemahnya kemampuan manajerial dan rendahnya jiwa amanah pengelolaannya. Dalam hal ini, pola pengelolaan ZIS di Indonesia tergolong masih kurang profesional terutama berkaitan dengan manajemen penerimaan ZIS dan manajemen pendistriusiannya.

Apabila ZIS benar-benar dikelola secara profesional dan dijiwai amanah yang optimal, tentunya umat Islam akan merasa percaya sehingga tidak ada lagi fenomena sejumlah orang Islam yang menyerahkan langsung ZIS-nya kepada para mustahik. Bahkan, pengelolaan ZIS seperti itu akan melenyapkan kemiskinan yang terdapat di tengah masyarakat sehingga akhirnya kesejahteraan secara keseluruhan terwujud secara baik.

"Yang terjadi sekarang ini, antara lain orang Islam keliru mempersepsi soal zakat. Zakat fitrah diserahkan langsung kepada mustahiknya. Pada zaman Nabi dan para sahabat tidak ada hal seperti itu. Karena yang afdal diserahkan langsung itu adalah infak atau sedekah, kalau zakat ya dititipkan kepada amil atau lembaga penerima dan pendistribusi zakat," tutur Didin Hafiduddin.

Dalam pandangan Ketua Dewan Pertimbangan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini, semua pihak yang terkait dengan urusan pengelolaan ZIS sudah sepatutnya saling bekerjasama sehingga pengelolaan ZIS dapat lebih berhasil, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Dicontohkan, di daerah Ciputat Jakarta Selatan, ada lembaga Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) yang melayani para mustahik secara gratis. Begitu pula di Padang, ada sebuah sekolah yang didirikan oleh lembaga pengelola dan pendistribusi ZIS yakni "Dompet Duafa". Melalui upaya kerja sama, akhirnya LKC dan sekolah gratis itu bisa beroperasi secara baik.

*e-ti
http://www.tokohindonesia.com

Agus Edi Sumanto, MM, MSi


Agus Edi Sumanto

Tidak tenang bekerja di perusahaan asuransi konvensional, Agus Edi Sumanto hijrah ke perusahaan asuransi syariah. Di situ ia menemukan ketenangan hati, sampai akhirnya ia menduduki posisi puncak di PT. Asuransi Takaful Keluarga.

Untuk mendapatkan amanah sebagai direktur utama dari perusahaan asuransi syariah sekelas PT. Asuransi Takaful Keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh persiapan dan proses yang tidak pendek. Setidaknya itulah yang dirasakan Agus Edi Sumanto, lelaki kelahiran Ponorogo, 19 Agustus 1963, yang pada bulan Juli lalu diangkat sebagai Direktur Utama PT. Asuransi Takaful Keluarga.

Pengalaman hidup dan perjalanan karirnya mengajarkan satu hal: Kesuksesan itu tidak ada yang gratis. Untuk mencapainya, seseorang harus mempunyai persiapan yang matang, melalui proses yang tidak gampang, niat baik dan kerja keras. Inilah prinsip-prinsip yang dipakai Agus. Kepercayaan yang ia terima tak lain karena implementasi prinsip-prinsip itu dengan benar, ditambah kapasitasnya yang sudah teruji di bisnis asuransi.

“Jangan banyak menuntut sebelum anda sendiri mempersiapkan diri dan layak diberi amanat. Karena itu, saya selalu mencari dan mencari untuk mempersiapkan apa yang akan terjadi nanti,” papar bapak tiga anak yang salah satu putrinya, Adwina Aisyah Dewi, mondok di Pondok Gontor Putri 1 Mantingan, Ngawi.

Agus juga percaya bahwa segala sesuatu itu akan didapat jika ada niat baik dan kerja keras. Bagi alumni ITS tahun 1982 jurusan statistika ini, Allah menilai seseorang bukan dari hasilnya, tapi lebih dari itu adalah prosesnya. Jika hasilnya banyak, tapi prosesnya curang, di mata Allah itu tidak ada artinya. Sedang hasil yang sedikit dengan proses yang benar, maka Allah akan memberkahi usahanya.

Kebiasaan bekerja keras dan melakukan persiapan sebaik mungkin ini diilhami oleh orangtuanya, Sayyid dan Suci. Keduanya petani tulen yang giat bekerja di daerah Bangsalan, Sambit, Ponorogo. Wejangan orangtuanya agar bekerja keras, jujur, menghargai orang lain dan waktu, menggugah Agus untuk selalu berbuat yang terbaik dalam menjalan tugas-tugasnya.

“Saya tahu banyak bagaimana orangtua saya bekerja. Itu cambuk bagi saya untuk bekerja yang terbaik,” ujar Agus yang juga mengajar di UIN Syarif Hidayatullah.

Hijrah dari Konvensional ke Syariah

Sebelum memutuskan hijrah dari perusahaan asuransi konvensional, Agus merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, yaitu ketenangan batin dalam menjalani hidup. Selama berada di perusahaan konvensional, ia sudah menjabat sebagai Kepala Divisi Teknik dan Pengembangan Produk—sebuah posisi yang menghasilkan cukup income besar saat itu. Tapi ia merasa dirinya hanya dipenuhi pikiran untuk mencari uang, uang dan uang. Sedangkan nilai-nilai yang sifatnya spiritual terabaikan.

Setelah melalui proses yang panjang dan kecamuk yang ada dalam dirinya, Agus akhirnya memutuskan hijrah ke PT Asuransi Takaful Keluarga. Tahun pertama di perusahaan asuransi syariah itu, ia merasa penghasilannya menyusut setengah. Agus sadar, inilah salah satu resiko yang harus ia hadapi. Kendati begitu, ia tidak berkecil hati. Ia tetap optimis bisa membangun Takaful menjadi lebih baik.

Berkat pengalamannya di perusahaan asuransi konvensional, Agus pun diberi amanat menjabat Kepala Divisi. Tanggung jawabanya meliputi pengembangan bisnis korporat, bancassurance dan health insurance, pengembangan produk, pricing, analisis biaya, riset pasar, memelihara hubungan dengan nasabah korporat, menutup bisnis korporat berskala besar, kompensasi agen serta bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas divisi sesuai dengan SOP.

Semua dikerjakan Agus dengan maksimal. ”Saya mencoba membenahi hal-hal yang kurang pas. Alhamdulillah cukup berhasil,” ujar lulusan Magister Sains (MSi) dari Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Indonesia ini tenang.

Berkat keberhasilannya itu, tahun 2004 Agus dipindah ke posisi yang lebih tinggi, yakni di PT Syarikat Takaful Indonesia—perusahaan induk dari PT Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Takaful Umum. Di situ ia diangkat sebagai Kepala Divisi Corporate Strategy & Business Development yang bertanggung jawab atas pengembangan bisnis dan strategi perusahaan.

Di divisi ini, meski tantangannya lebih berat, potensi Agus lebih terasah. Salah satu agenda utamanya adalah mengubah mindset masyarakat tentang asuransi. Saat ini, menurut Agus, sebagian besar masyarakat masih melihat bisnis asuransi hanya sebagai urusan kematian, kecelakan, kebakaran, klaim yang susah, berbelit-belit, dan lain sebagainya. Citra yang miring ini juga dialami asuranasi syariah Takaful. Apalagi, ketika itu, Takaful masih perusahaan baru dan masih kecil. “Ini tantangan tidak mudah,” tegas Agus.

Takaful akhirnya merubah visi dan misi perusahaannya. Ia bukan perusahaan yang hanya berkutat pada masalah kematian dan kecelakaan, tapi juga memberikan solusi dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko bagi umat. Takaful juga menawarkan jasa dan keuangan syariah yang dikelola secara profesional, adil dan amanat.

Setelah berjalan dua tahun, Agus diangkat menjadi Direktur Pemasaran di Takaful. Ini mengingatkan dirinya ketika bekerja di divisi pemasaran Bank Internasional Indonesia (BII). Saat itu, ia pernah mencapai target penjualan Rp 1 milyar lebih dalam setahun. Kenangan ini pula yang memberikan semangat bagi dirinya untuk menjual produk lebih baik di banding saat di BII.

“Alhamdulillah saya pernah menjadi marketing perusahaan asuransi konvensional. Ketika saya diberi amanat menjadi direktur pemasaran, saya sudah siap dengan tugas tersebut,” papar Agus.

Saat menjabat sebagai direktur pemasaran, ia mengerahkan partner kerjanya untuk memberikan yang terbaik kepada nasabah (pemegang polis). Sebab, dari sanalah perusahaan akan berjalan dengan baik dan dipercaya masyarakat. Namun, tanpa didukung oleh sistem marketing yang baik, mustahil nasabah akan tertarik dan bergabung menjadi nasabahnya.

“Pada prinsipnya, di bidang layanan jasa dan lembaga keuangan, semua orang adalah marketer (pemasar). Baik yang diduduk di level tertinggi, seperti direktur hingga level terbawah seperti office boy. Semuanya marketer dan berlaku serta bersikap sebagai seorang pemasar dalam melayani nasabahnya. Karena tujuannya sama, saling mendukung,'' tandas Agus.

Menurut Agus ini, paradigma bahwa tugas bagian marketing hanya menjual adalah salah. Orang keuangan pun marketer yang berfungsi mengadministrasikan premi. Orang teknik juga marketer yang bertugas mendesain produk, menyiapkan polis dan meng-handle klaim. Sedang orang front line (agen) juga marketer yang melakukan closing (penutupan). ''Jadi semuanya memiliki tujuan yang sama untuk kepentingan perusahaan,'' jelasnya.

Dengan begitu, kata Agus, akan dihasilkan kinerja yang saling mendukung antara satu dengan lainnya. Tujuannya tak lain, tercapainya target perusahaan yang merupakan bentuk pertanggungjawaban kerja Agus. Sampai di sini, bukan hal yang mengherankan, jika selama dipegang Agus, pemasaran Takaful berhasil mencapai premi sebesar Rp 116 milyar atau naik 65 % di banding tahun sebelumnya.

Puncaknya, pada bulan Juli 2007, suami dari Dewi Kustiawati ini akhirnya diberi amanah menjadi Direktur Utama PT Asuransi Takaful Keluarga. Tugas yang makin besar, terutama untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi “Top Ten” di industri asuransi. “Saat ini Takaful masih 20 besar di industri asuransi. Tahun 2011 harus bisa masuk “top ten”-nya,” tandasnya. Semoga berhasil, Pak.

Fathurrozi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP:

Ir. AGUS EDI SUMANTO, MM, MSi,

Ponorogo, 19 Agustus 1963

KUALIFIKASI PROFESIONAL

Ahli Asuransi Indonesia Jiwa, AAIJ.
Ajun Aktuaris Associate of the Society of Actuaries of Indonesia (ASAI).
Associate of International Association of Registered Financial Consultants.
Memiliki Sertifikat di bidang Investment-Linked dari Singapore College of Insurance.
Memiliki sertifikat sebagai Investment Manager Representative dari BAPEPAM.
Berlisensi sebagai wakil penjual reksa dana (Mutual Fund Selling Agent) dari BAPEPAM.
PENGALAMAN KERJA

Direktur Utama PT Asuransi Takaful Keluarga (Juli 2007—sekarang).
Direktur Pemasaran PT Asuransi Takaful Keluarga (2006)
Kepala Divisi Corporate Strategy & Business Development PT Asuransi Takaful Keluarga (2004–2006)
Kepala Divisi Corporate Business, Bancassurance & Health Insurance PT Asuransi Takaful Keluarga (2000–2004)
Kepala Divisi Teknik dan Pengembangan Produk PT Eka Life, Jakarta, dan Pjs Kepala Divisi Dana Pensiun (DPLK Eka Life) (1995–2000).
Account Relation Manager (Marketing) PT BII Lend Lease (1992–1995).
Asisten Manajer Marketing PT Bank Internasional Indonesia (1992–1993).
Actuarial Marketing PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia (1991–1992)
Actuarial Marketing PT Marein (Reinsurance Company) (1988–1991).
ORGANISASI

Sekjen di Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI)
Sekretaris IV di Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
Wakil Ketua Komisariat V di Asosiasi Asuransi Indonesia Jiwa.
Instruktur pada IARFC Indonesa dan Kepala Divisi Perencanaan Keuangan Islami.

Semua orang di Takaful adalah marketter

Sebagai sebuah institusi yang bergerak dalam bidang layanan jasa, PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) --induk dari PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) dan PT Asuransi Takaful Umum (ATU),-- memberikan yang terbaik kepada nasabah (pemegang polis) merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan. Sebab, dari sanalah perusahaan akan berjalan dengan baik dan dipercaya masyarakat. Namun, tanpa didukung dengan sistem marketing yang baik, mustahil nasabah akan tertarik dan bergabung menjadi nasabahnya. Istilahnya adalah teamwork.

''Pada prinsipnya, di bidang layanan jasa dan lembaga keuangan, semua orang adalah marketer (pemasar). Baik orang tersebut diduduk di level tertinggi seperti direktur hingga level terbawah seperti office boy. Semuanya adalah marketer dan berlaku serta bersikap sebagai seorang pemasar dalam melayani nasabahnya. Karena tujuannya sama, saling mendukung,'' ujar Agus Edi Sumanto, Direktur Pemasaran ATK.

Menurut Edi yang juga staf pengajar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini, paradigma tentang marketing yang tugasnya hanya menjual saja. ''Penjual adalah marketer. Padahal, semua orang yang bergerak dalam bidang layanan jasa dan keuangan, adalah marketer melayani nasabah,'' ujarnya.

Orang yang berada di bagian keuangan, kata Edi, adalah seorang marketing yang berfungsi mengadministrasikan premi. Seorang teknik adalah marketing yang bertugas untuk mendesain produk, menyiapkan polis dan meng-handle klaim. Sedangkan orang yang berada di front line (garis depan, agen) adalah orang yang melakukan closing (penutupan). ''Jadi, semuanya memiliki tujuan yang sama untuk kepentingan perusahaan,'' jelas pria yang sempat menduduki posisi sebagai Corporate Strategy STNI ini.

Edi menambahkan, dengan demikian maka akan dihasilkan suatu kinerja yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lain. ''Tidak ada lagi yang merasa bahwa pekerjaan itu bukan tugasnya,' paparnya.

Tujuan dari semua itu, lanjutnya, adalah tercapainya target perusahaan. Sebab, hal itu merupakan amanah yang harus dijalankan, sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada perusahaan bersangkutan dan bekerja sesuai dengan yang digariskan agama.

Edi berharap, Takaful sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, tidak hanya mengejar profit dari sisi finansial. Tetapi juga adanya pengembangan potensi-potensi yang ada di masyarakat. Karena itu, kata dia, dalam waktu dekat ini pihaknya mencanangkan TAA yaitu Takaful Autorized Agent. Ini adalah salah satu proses pemberdayaan masyarakat untuk menjadi enterpreneur di bidang asuransi. ''Bentuknya mirip franchise seperti alfamart dan lain sebagainya,'' jelas Edi.

Dengan konsep ini, kata dia, maka daerah-daerah yang tidak memiliki cabang Takaful, diharapkan akan muncul tenaga-tenaga baru yang siap memasarkan produk asuransi dan menjelaskan pentingnya asuransi bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat sekitarnya. ''Memelihara dan melindungi diri, keluarga dan harta adalah kewajiban bagi setiap orang muslim, khususnya,'' papar alumnus Magister Sain (MSi) dari Universitas Indonesia ini.

(Republika, 31 Juli 2006, Advertorial)

Prof. Dr. Sofyan Safri Harahap


S2 dan S3 Ekonomi Syariah Trisakti adalah Satu-Satunya di Dunia yang Berbasis Tauhid
Rabu, 28 Mei 2008
Seiring dengan makin banyaknya lembaga keuangan syariah, maka dibutuhkan pula peningkatan jumlah sumber daya insani (SDI) yang professional. Untuk memenuhi kebutuhan akan SDI yang professional dan kompeten maka dibutuhkan peranan dari lembaga pendidikan. Salah satu Universitas yang membuka program Ekonomi Islam adalah Universitas Trisakti (USAKTI). Bagaimana suka duka Prof. Dr. Sofyan Safri Harahap meyakinkan pihak universitas Trisakti untuk membuka jurusan ekonomi syariah dan faktor-faktor apa saja yang memberanikan Sofyan Safri untuk membuka jurusan ekonomi syariah sementara disisi lain Universitas Indonesai (UI) belum berani untuk membuka jurusan tersebut? serta bagaimana peranan Usakti dalam mengembankan produk perbankan syariah?, berikut petikan wawancara Nadia Lufti dari Kantor Berita Ekonomi Syariah, www.pkesinteraktif.com dengan Prof. Dr. Sofyan Safri Harahap selaku Program Director IEF (Islamic Economic and Finance/Pusat Studi Ekonomi Islam Trisakti.
Bagaimana suka duka yang Bapak alami ketika meyakinkan pihak Universitas TRISAKTI hingga terciptanya jurusan ekonomi syariah?

Awalnya saya mulai dari mata kuliah saya, yaitu teori akuntansi. Jadi dalam teori akuntansi itu ada yang namanya bab mengenai trend atau kecenderungan kedepan. Salah satu kecenderungan kedepan adalah adanya perkembangan keuangan maupun lembaga bisnis syariah. Kalau memang sekarang belum perlu, tapi nanti suatu saat akan diperlukan. Setelah itu masuk dalam silabus, atau outline kurikulum. maka mulai dikenallah ekonomi syariah walaupun ada juga yang menganggapnya omong kosong. Tapi lama-lama menjadi relevan setelah lahirnya Bank Muamalat. Jadi semakin terasa ekonomi syariah dan praktek-prakteknya. Lalu muncul buku saya khusus satu bab yang membahas teori akuntansi syariah, kemudian dilanjutkan buku kedua, buku Akuntansi Manajemen dan Pengelolaan dalam Perspektif Islam. Akhirnya lama kelamaan menjadi mata kuliah akuntansi Islam untuk S-1. Pada awalnya hanya beberapa orang yang berminat, tetapi lama-kelamaan banyak hingga mencapai lima sampai tujuh kelas. Lalu setelah itu keluar PSAK 59, dan dibutuhkan lagi teori akuntansi perbankan syariah khusus. Jadi mata kuliah yang ada menjadi dua, yaitu akuntansi Islam dan teori akuntansi perbankan syariah khusus, lama kelamaan muncullah mata kuliah ekonomi syariah, sejarah doktrin ekonomi Islam, dan sebagainya. Yang tadinya hanya beberapa mata kuliah pilihan berikutnya menjadi konsentrasi akhirnya sekarang menjadi jadi kuliah lintas jurusan. Artinya jurusan akuntansi, jurusan manajemen atau akuntansi dia boleh mengambil konsentrasi jurusan ekonomi dan keuangan Islam.

Setelah itu, semuanya lancar-lancar saja dan rektor kami juga sangat antusias dan mendukung perkembangan ekonomi syariah. Bahkan saya diperintahkan rektor untuk membuat program S-2 dan S-3 setelah melihat keberhasilan dan peminat ekonomi syariah di S-1.

Faktor-faktor pendukung apa yang membuat TRISAKTI bisa membuka S2 dan S3 jurusan syariah, sementara di sisi lain sampai saat ini UI saja belum berani?

Karena kita sudah melihat trennya, saya kebetulan kenal beberapa ahli dari dunia Internasional, waktu itu saya kenalan dengan Choudry dan kerjasama dengan BI untuk mendatangkan beliau ke Indonesia guna melakukan seminar di beberapa tempat termasuk di TRISAKTI, karena dia seorang pakar, saya pertemukanlah dengan rektor. Dari proses pertemuan tersebut muncullah jurusan S2 dan S3 syariah tahun 2001, jadi saya diperintahkan rektor untuk membuat program dan bekerjasama dengan Mas’udul Choudry. Akhirnya pada akhir tahun 2004 kita luncurkan program ini dan mulai beroperasi awal tahun 2005. Pilihan ini kita ambil karena kita melihat dan kita sadari kebutuhan itu, kita tahu pasar, kita lihat bank-bank syariah mulai bermunculan, maka kita siapkan SDI dari S1, lalu siapa yang mencetak para S-1 tersebut dan meneliti perkembangan ekonomi syariah untuk S-2 dan S-3nya.

Kita dirikan S-2 dan S-3 ini adalah satu-satunya di dunia yang memiliki struktur kurikulum ekonomi keuangan Islam yang sengaja didesain khusus dengan berbasis tauhid. Jadi kita perkenalkan pendekatan tauhid, pengesaan pada Tuhan, dengan itu kita menyentuh landasan filosofinya. Terbentuknya kurikulum ini tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari rektor karena beliau sangat antusias juga dengan pengembangan ekonomi Islam, perintahnya ke saya jadikan Trisakti menjadi pusat studi ekonomi syariah, maka lahirlah ini.

Ekonomi syariah diperlukan riset untuk pengembangan ilmunya, bagaimana menurut Bapak agar TRISAKTI bisa mengembangkan ekonomi syariah dengan risetnya?

Dalam melakukan penelitian, TRISAKTI tak bisa melakukannya tanpa bantuan pemerintah atau perusahaan. Tapi selama ini pemerintah kurang perhatian terhadap syariah, BI masih lumayan tapi masih pada dirinya sendiri. Bisnis masih bergulat pada promosi jadi belum memperhatikan aspek pengembangan dan itu yang kita sayangkan. Kita survive seadanya, dengan spp mahasiswa, peluang-peluang yang kita dapat untuk kerjasama, CSR, kita jalan tapi sedikit-sedikit, lalu kita arahkan mahasiswa untuk meneliti.

Apa peranan TRISAKTI dalam mengembangkan produk dalam perbankan syariah?

Umumnya mereka menyerahkan pada lembaga yang mereka miliki sendiri atau unit pengembangan produk dan belum di outsourch, kita tidak ada pesanan bagaimana harus bekerja. Jadi kita lihat ini sebagai kelemahan negara kita sendiri, semua lembaga membuat studinya sendiri yang seharusnya dilakukan universitas. kalau di luar negeri pelaku peneliti kan universitas, kalau di Indonesia Balitbang adalah tempat pembuangan orang-orang yang tidak disukai. Kita harus terus menerus disadarkan, dan kita juga berusaha unjuk gigi melalui majalah penelitian yang kita punya, majalah ekonomi syariah, PKES, dan lainnya.

Usaha-usaha apa yang dilakukan agar ada sinergi antara para akademisi dan praktisi ekonomi syariah?

Pertama, kalau ada proyek kita sampaikan kepada mereka, apakah mereka mau ikut masuk kedalamnya, ikut membantu, ikut mendanai, dan kita undang juga di acara seminar-seminar yang kita adakan supaya ada pendekatan antara akademisi dan praktisi. Selain itu kita juga dapat sumbangan dari BSM untuk mengadakan laboratorium perbankan syariah.

Harapan Bapak terhadap lembaga-lembaga sosialisasi ekonomi syariah sepeprti MES, PKES, dll?

Saya kira sekarang sudah bagus, tinggal penyingkapannya saja. Semakin banyak orang masuk syariah maka sosialisasinya juga harus ditingkatkan dengan cara yang lebih efektif dan ’mengena’. Efektifitasnya sosialisasi tergantung pada tingkat pertumbuhan financing, pertumbuhannya sekarang saja sudah mencapai 20-30%. Tidak terlihat secara langsung tapi ada pengaruhnya.

Dari hal-hal yang sudah dibangun oleh lembaga sosialisasi diatas (MES, PKES, dll) apa yang Bapak lihat yang menjadi kekurangan atau kelemahan dalam perkembangan ekonomi syariah?

Ada, profesionalisme manajemennya, komitmen yang kurang, sinergi belum terbentuk dan masih jalan sendiri-sendiri, masih terdapat egoisme lembaga, dan lebih mendahulukan kepentingan masing-masing. Kalau egoisme terjadi maka tidak ada tim lagi, itulah penyakit bangsa ini. Kita harus terus menerus mengusahakan. kita minta elit-elilt membuang egoisme dan mementingkan kebersamaan. Kita membutuhkan orang-orang yang ikhlas hanya karena Allah, itu yang kita butuhkan. Harus diberantas kalau mau maju, secara individu kita punya bibit unggul, tiba pada implementasi kita berjalan-jalan sendiri, harus ada koordinasi, sinergi, kalau tidak, kita akan kalah.

Menurut Bapak apakah alumni dari S2 dan S3 telah memenuhi kebutuhan dari industri perbankan syariah?

Kualitas yes, jumlahnya masih kurang. Karena kebutuhannya masih banyak. Mulya E, Siregar pernah berkata pada akhir 2008 kita membutuhkan 14 ribu tenaga kerja.

Apa yang menjadi prioritas Bapak untuk mengembangkan industri syariah?

Memperbanyak output SDM, karena saya berada di post gaduate maka menjadi tanggung jawab saya untuk memicu terus ketersediaan SDM dengan mendidik calon-calon SDM tersebut, maka selain di TRISAKTI, saya juga mengajar di Airlangga, dan IAIN. Selain itu juga mengajar ke Malaysia dan kerjasama dengan Bangladesh untuk seminar-seminar. Sedangkan target jangka panjang saya, minimal ada lembaga atau institusi khusus ekonomi dan keuangan perbankan syariah.

Saran dan pesan Bapak untuk generasi muda dalam mengembangkan ekonomi syariah?

Kita mengharapkan generasi muda ini jangan memiliki egosentris, ikhlas saja, dunia ini kata Tuhan akan digerakkan oleh orang-orang ikhlas, mukhlisin. Mari kita ikhlas, kalau ikhlas otomatis Tuhan akan bantu, jadi itu harus dipercaya. “Kalau kamu baik itu untuk kamu, kalau kamu jelek itu juga untuk kamu”, jadi generasi muda harus memiliki persepsi komitmen seperti itu. Memang menjaga keikhlasan itu di tengah kondisi kapitalisme yang semuanya diukur dengan uang sulit, tapi itulah keagungan seseorang dimata Allah. (Nadia, www.pkesinteraktif.com)

Drs. Agustianto, MA


Drs. Agustianto, MA, lahir di Medan, 17 Agustus 1967. Menamatkan pendidikan S1 tahun 1992, di Falkultas Syari’ah IAIN (Skripsinya tentang Ushul Fiqh Muamalah) dengan predikat summa cum laude dan meraih prestasi sebagai wisudawan terbaik di tahun 1992. Pendidikan S2 Konsentrasi Syariah (Thesis : Ushul Fiqh Asy-Syatibi) IAIN ditammatkannya tahun 1997. Di Program ini beliau juga meraih WISUDAWAN terbaik dengan predikat Cum Laude.

Saat ini (2004) beliau sedang menempuh pendidikan S3 Ekonomi Islam UIN Jakarta. Sejak lama (tahun 1993) beliau telah menjadi dosen perbankan dan lembaga keuangan Islam dalam mata kuliah fiqh muamalah III di IAIN-SU.

Pada tahun 2005 beliau dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia. (IAEI)

Kini, Agustianto banyak mengajar di berbagai program Pascasarjana Ekonomi Islam di Jakarta : seperti di Pascasarjana PSTTI UI, Pascasarjana Islamic Economics and Finance Universitas Trisakti, Pascasarjana Manajemen Perbankan dan Keuangan Islam Universitas Paramadina, Pascasarjana Perbankan dan Keuangan Islam Universitas Az-Zahro, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Prof.Dr.HAMKA, dsb.

Mata kuliah yang beliau ajarkan al; 1. Fiqh Muamalah Perbankan dan Keuangan, 2. Ushul Fiqh Ekonomi, 3. Ayat dan Hadits Ekonomi Keuangan , 4. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 5. Politik Perbankan Syariah, 6. Ekonomi Mikro-Makro Islami. 7. Manajemen Zakat dan Waqaf

Selain aktif memberikan seminar, training dan workshop, beliau juga sebagai Advisor Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan hampir setiap jumat mengkhutbahkan ekonomi Islam dan bank syariah kepada jama’ah-jamaah masjid.

Dr. Mustafa Edwin Nasution


Mustafa Edwin Nasution: “Saya Ingin Seluruh Lembaga Pendidikan Mengajarkan Ekonomi Syariah”
Selasa, 15 Juli 2008
Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia tak akan maju bila tak didukung oleh peran dari lembaga pendidikan sebagai motor inovasi pengembangan ekonomi syariah. Sebab, dalam pendidikan ekonomi syariah melahirkan banyak penelitian yang bermanfaat bagi industri keuangan syariah.

Hal ini yang membuat, berbagai negara yang telah mengembangkan lembaga keuangan syariah seperti Malaysia terus mensinergikan antara akademisi dengan praktisi.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Untuk Indonesia hingga kini belum terbentuk dan masih berjalan sendiri-sendiri. Tapi bagi Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Dr. Mustafa Edwin Nasution, menyakini suatu saat nanti sinergi tersebut akan terwujud. Terlebih dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia saat ini telah banyak melahirkan penelitian-penelitian yang bermanfaat bagi industri keuangan syariah.

Untuk menyakinkan hasil penelitian tersebut, IAEI di bulan Agustus akan menggelar acara Seminar Internasional di Universitas Airlangga – Surabaya, dan mempublikasikan bagaimana perkembangan penelitian ekonomi syariah di Indonesia.

Lalu perkembangan ekonomi syariah seperti apakah yang diinginkan oleh Ketua Umum IAEI, ini? Agus Yuliawan dari pkesinteraktif.com, berbincang-bincang dengan Dr. Mustafa Edwin Nasution, di kampus PSTTI – UI Salemba Jakarta. Berikut pembicaraanya:

Kabarnya IAEI di bulan Agustus nanti akan mengadakan Seminar Internasional di Surabaya, apa benar?
Insyaallah di bulan Agustus itu kami akan mengadakan acara seminar ekonomi syariah bertaraf internasional.

Apa keinginan IAEI diacara tersebut?
Kami ingin mengembangkan ilmu ekonomi syariah menjadi sebuah sistem altenatif ditengah krisis dunia saat ini yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme yang terus melakukan eksploitasi.

Untuk pengembangan di Indonesia, apa saja yang sudah dilakukan oleh IAEI?
Selama ini IAEI masih bersifat pada pendidikan dan pengembangan ilmu ekonomi syariah, kita berharap diseluruh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia mengajarkan tentang pengetahuan ekonomi syariah.

Untuk mempersiapkan itu, strategi apa yang telah dilakukan oleh IAEI?
Untuk mengembangkan itu, kami telah menyiapkan kurikulum, tenaga pengajarnya dan materi-materi pengajaran ekonomi syariah. Dengan ini semua kami berharap gelombang pendidikan ekonomi syariah di Indonesia lebih berkembang pesat.

Bicara kurikulum pendidikan ekonomi syariah di Indonesia, adakah spesifikasi kurikulumnya pengajarannya?
Dalam kurikulum ekonomi syariah di Indonesia ini lebih spesifik pada lembaga keuangan Islam (Islamic Finance) baik itu perbankan, pasar modal dan asuransi syariah.

Menurut Anda sejauh ini berapa besar kebutuhan SDM untuk mengoperasikan lembaga keuangan syariah?
Jika di Indonesia itu dibutuhkan sekitar 14 ribu SDM dan jika diseluruh dunia dibutuhkan 70 ribu SDM dengan asumsi perkembangan dari lembaga keuangan syariah di Indonesia atau di dunia.

Regulasi tentang pengembangan ekonomi syariah telah diterbitkan, apa komentar Anda?
Kami sangat bahagia sekali melihat itu semua, apalagi tahun ini merupakan awal tahun yang baik bagi perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, dimana lembaga keuangan syariah merespon baik terhadap peran lembaga pendidikan syariah di Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari beberapa rekomendasi yang terlahir dalam ranah akademika bisa diimplementasikan di lembaga keuangan syariah.

Bagaimana Anda melihat sikap dari Departemen Pendidikan Nasional?
Saya rasa semuanya pada mendukung adanya perkembangan ekonomi syariah, terlebih dengan hadirnya UU Perbankan Syariah merupakan amanah dari negara yang harus dilakukan oleh semua pihak. Bukan hanya Diknas saja tapi pemerintah, DPR dan masyarakat.

Ir. Adiwarman Azwar Karim, SE, MBA,MSc


Adiwarman Azwar Karim, konsultan bisnis & finansial ,mantan wakil direktur BMI.
Lahir di Jakarta, 29 Juni l963. Ayahnya berasal dari Padang, daerah yang banyak menghasilkan ulama-ulama terkenal. Semula ayahnya seorang jaksa, tapi kemudian mengundurkan diri dan lebih memilih menjadi pengacara. Adi lahir empat bersaudara, semuanya laki-laki dan sarjana hukum, kecuali Adi sendiri yang `menyimpang' menjadi sarjana ekonomi.

Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan pendidikan agama. Tetapi ketika remaja, Adi sempat terseret pergaulan anak-anak ibukota. Ia lebih senang hura-hura dan disko ketimbang belajar atau ngaji. "Koleksi kaset dan piringan hitamnya masih saya simpan sampai sekarang," katanya. Beruntung otaknya encer, sehingga bisa melewati jenjang sekolah menengah dengan cukup baik.

Tetapi sikap suka hura-huranya tetap melekat hingga ia kuliah di IPB Bogor jurusan Ekonomi Pertanian. Akibatnya, nilainya jeblok. Sadar dengan itu, ia berusaha melepaskan diri dari pergaulan teman-temannya yang tak terkontrol. Caranya, ia mengambil kuliah lagi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). "Dengan begitu saya punya alasan untuk menolak kalau diajak kawan-kawan pesta," tuturnya.

Apalagi ayahnya kemudian jatuh sakit terserang kanker hingga meninggal dunia tahun 1985. Peristiwa itu mengingatkan Adi untuk lebih dekat lagi kepada yang Kuasa. Dan memang Adi akhirnya lebih intens mengkaji
Islam. Ia nyantri di pesantren tasawuf Al Ihya' di Bogor. "Dulu ke mana-mana pakai jubah," katanya menggambarkan keberagamaannya saat itu.

Lulus dari IPB tahun l986, kemudian melanjutkan ke European University, Belgia, untuk mengambil gelar MBA. Uniknya, kuliahnya di UI diselesaikan setelah setahun ia meraih MBA. Belum puas dengan ilmu yang
telah diraih, tahun l992 Adi mengambil master di Boston University, Amerika Serikat atas beasiswa USAID. Thesis masternya tentang Bank Islam di Iran.

Laki-laki yang hobi membaca buku dan memelihara ayam ini mengaku, dulu ketika berniat mendalami ekonomi Islam ia tak pernah mempertimbangkkan bahwa ilmu yang ditekuni itu bisa memberinya masa depan yang baik. Apalagi rezim Soeharto saat itu lagi gencar-gencarnya memberangus Islam. "Jaman itu kita (ummat Islam) lagi dioyak-oyak," kata Adi menggambarkan situsi saat itu.

Tapi jaman berubah. "Kalau sekarang sih hitung-hitungannya, kalau saya tidak menggeluti ekonomi Islam, saya tidak sengetop ini he.. he.. benar nggak? Namun satu hal yang diyakini pria yang tidak merokok ini, sesuatu kalau ditekuni secara serius kita akan jadi jagoan. "Begitu sunnatullahnya," tegasnya.

Dr. Uswatun Hasanah


Data Pribadi
Tempat tanggal lahir
Yogyakarta (Sleman), 19 November 1955
gander F
agama Islam
Alamat Kantor Fakultas Hukum - Universitas Indonesia
Depok - 16424 Indonesia
Telp (62) (21) 7270003, 7843442
Fax : (62) (21) 7270052
Kontak usy-hs@plasa.com

Riwayat Pendidikan terakhir:

Pendidikan (terakhir) : S-3 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1997.
Riwayat Pekerjaan :

Staf Pengajar pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia dari tahun 1998 - sekarang.

Staf Pengajar pada Program Kajian Timur Tengah dan Islam, Pasca sarjana Universitas Indonesia, dari tahun 2002 - sekarang

Staf Pengajar pada Program Pascasarjana Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dari tahun 2002 - sekarang

Staf Pengajar Mata Kuliah (a) Zakat dan Wakaf, dan (b) Hukum Islam di Fakultas Hukum UI dari tahun 1983 - sekarang.

Staf Pengajar Mata Kuliah (a) Agama Islam, dan (b) Lembaga-lembaga Islam di Indonesia di FISIP-UI dari tahun 1983 - sekarang

Staf Pengajar Mata Kuliah Hukum Islam di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, dari Tahun 1999 - sekarang.

Asisten Deputi Urusan Pemantauan dan Evaluasi Diskriminasi HAM, Kantor Menteri Negara Urusan HAM Republik Indonesia, Tahun 2000.

Wakil Ketua Lembaga Kajian Islam dan Hukum Islam Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Tahun 2001 - sekarang.

Anggota Tim Penyusunan Usulan Garis-Garis Besar Haluan Negara, Universitas Indonesia, 1999.

Pengurus Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara, tahun 2000-sekarang.

Ketua Tim Pembina Pendidikan Agama Islam pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, dari tahun 2002 - sekarang.

Dan lain-lain.
Kegiatan lain yang pernah dilakukan :


Melakukan berbagai penelitian, antara lain:
a. Penelitian Guna Memberikan Masukan dan Pemikiran dalam Rangka Penyusunan RUU Perbankan Syari'ah, Kerjasama Bank Indonesia dengan LKIHI-FHUI, tahun 2003
b. Penelitian mengenai"Pengelolaan wakaf di Mesir dan Saudi Arabia", tahun 1994.
c. Penelitian mengenai "Pengelolaan zakat di BAZIS DKI Jakarta", 1989.
d. Penelitian mengenai "Pola Pengelolaan Wakaf yang dilakukan oleh Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern Gontor", tahun 1994.
e. Penelitian mengenai "Pengelolaan Wakaf yang dilakukan oleh Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung", tahun 1994.
f. Penelitian mengenai "Pengelolaan Wakaf yang dilakukan oleh Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia", tahun 1994.
g. Penelitian mengenai "Pelaksanaan Perkuliahan Pancasila di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya", 1997.
h. Dan lain-lain.

Mengikuti Training Programme for Human Rights Trainers, Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law, Lund University, Sweden, 2001.

Peserta Human Rights Workshop, The Ministry of Justice and Human Rights Affairs and Sagric International Pty. Ltd., Jakarta, 3-5 April 2001.

Peserta The National Consutative Workshop on Trafficking of Children in Indonesia, International Labour Organization, Jakarta, April 2001.

Mengikuti Lokakarya Peningkatan Profesionalisme Di Bidang Hak Asasi Manusia Indonesia - Australia Specialised Training Project Phase II, Puncak, 22-23 Juni 2000.

Mengikuti Pelatihan Monitoring Hak-hak Anak, Departemen Kehakiman dan HAM - UNICEF, Puncak,13-16 Septemeber 2000.

Mengikuti Training And Formation of A Working Group For The National Inquiry, KOMNAS HAM, Puncak, 28-31 Mei 2000.

Mengikuti Penataran Staf Pengajar Hukum Islam PTN/PTS Tingkat Nasional, di FH-UI, Tahun 1995.

Mengikuti berbagai seminar dan lokakarya.

Karya Ilmiah :


"Peranan Wakaf dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial" (Studi Kasus Pengelolaan Wakaf di Jakarta Selatan), Disertasi Program Doktor,Tahun 1997.
"Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Perempuan di Indonesia". Makalah disampaikan pada Acara Sosialisasi HAM, Kerjasama antara BALITBANG Departemen Kehakiman dan HAM dengan Pemda NTB, tanggal 11 Juli 2003 di Mataram.
"Tinjauan Yuridis Zakat dalam Perundang-undangan Indonesia (UU Pengelolaan Zakat No. 38 Tahun 1999 dan Zakat sebagai Pengurang Pajak Menurut UU No. 17 Tahun 2000)". Makalah disampaikan pada Seminar Nasional "Menggagas Ekonomi Syariah yang Mantap dengan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik", yang diselenggarakan oleh Business Law Society Senat Mahasiswa FHUI, di Depok, tanggal 25-27 Februari 2003.
"Manajemen Pengelolaan Wakaf di Indonesia". Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Perwakafan yang diselenggarakan BSO SERAMBI SM-FHUI, di Depok, tanggal 24 Maret 2003.
"Pengantar Ushul Fiqh dalam Asuransi". Makalah disampaikan dalam Pelatihan Asuransi Islami yang diselenggarakan oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia bekerjasama dengan Program Studi Kajian Timur Tengan dan Islam, di Jakarta tangal 24 Februari -01 Maret 2003".
Sejarah, Tradisi dan Profil Philanthropy Islam di Dunia Islam: Wakaf untuk Keadilan Sosial" Makalah disampaikan dalam acara Peluncuran Buku dan Diskusi Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Philanthropy Islam, diselenggarakan oleh Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 11 Juli 2003, di Wisma Antara Jakarta.
"Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi dalam Islam". Makalah disampaikan dalam Pelatihan Dosen Matakuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional di Yogyakarta tanggal 13 Juni 2003.

Hak Asasi Manusia dalam Pandangan Islam dan Permasalahannya di Indonesia, Makalah disampaikan dalam Penataran Kepemimpinan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kab. Tangerang, Cisarua , 1-2 Maret 2003.

Kebijakan Tanah Wakaf Bagi Pengembangan Ekonomi Kaum Dlu'afa, Makalah disampaikan dalam acara Diskusi Terfokus dan Sarasehan Nasional "Upaya Konversi Tanah dari Asset Menjadi Modal Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Usaha Mikro Dan Penggerak Ekonomi Rakyat", yang diselenggarakan oleh oleh PT. PNM bekerjasama dengan -BI - Komite Penanggulangan Kemiskinan - BPN - IMMNUI di Jakarta tanggal 1 Mei 2003

"Zakat dan Keadilan Sosial" (Studi Kasus Pengelolaan Zakat di BAZIS DKI Jakarta),Tesis Program Magister, Tahun 1989.
"Manajemen Kelembagaan Wakaf". Makalah disampaikan pada Workshop Internasional tentang "Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Wakaf Produktif", diselenggarakan oleh The International Institute of Islamic Thought bekerjasama dengan Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI di Batam, tanggal 7 dan 8 Januari 2002
"Pengelolaan Wakaf dan Permasalahannya di Indonesia". Makalah disampaikan pada Seminar tentang Wakaf Tunai - Inovasi Finansial Islam: Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial yang diselenggarakan Program Pascasarjana Program Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, di Jakarta 10 November 2001.
"Obyek dan Pengelolaan Wakaf". Makalah disampaikan pada acara "Lokakarya Zakat dan Wakaf", diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia - Departemen Agama RI, Cisarua, 6-8 September 2001.
"Harta Wakaf dan Pengelolaannya di Indonesia", Jurnal Keadilan Vol. 1 No. 4.Tahun 2001, Pusat Kajian Hukum dan Keadilan.
"Pelaksanaan Zakat dan Pajak Di Indonesia", disampaikan dalam acara SIMPATI yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Perpajakan FISIP - UI di Depok, 18 November 2001.
"Kaitan Hukum Islam dengan UU No. 35 Tahun 1999", makalah disampaikan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 10 Februari 2000.
"Aktualisasi Budaya Politik Demokratis Di tengah-tengaah Masyarakat Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara". Makalah disampaikan dalam acara Sarasehan diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Kesatuan Bangsa, Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, di Jakarta, 25 Oktober 2001.
"Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Wanita Indonesia". Makalah disampaikan pada acara Refreshing Anggota Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Jakarta di Ciloto, 30 Januari - 1 Februari 2001.
"Budaya Islam Di Indonesia Dalam Konteks Peradaban Islam Dunia". Makalah disampaikan dalam acara Maulid Nabi Muhammad saw 1422 yang diselenggarakan oleh DKM Masjid 'Ibadurrahman, Sawangan Depok, 23 Juni 2001
"Syari'ah". Makalah disampaikan pada acara Kajian Islam Intensif HMI KOORKOM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA, Tanggal 12 Februari 2000
"Hukum Islam dan Pelaksanaannya di Indonesia", Jurnal Humaniora Universitas Tarumanagara, Vol. 2 No. 1 Oktober 2000
"Perempuan dan Hak Asasi Manusia", Jurnal Humaniora Universitas Tarumanagara, Vol. 3 No. 1 Juli 2001
15."Sistem Pendidikan Pesantren dan Masalahnya di Indonesia", Jurnal
Humaniora, Vol. 4. No. 1 Juli 2002.
Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Perempuan, Makalah disampaikan pada Pelatihan Mubalighat Pengurus Daerah Wanita PUI Kabupaten Majalengka, di Majalengka, 2 Juli 2001.

Isu HAM di Indonesia, Makalah disampaikan pada acara Pembekalan bagi peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia - Australia 2002/2003, Direktorat Kepemudaan, Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 27-7 Oktober 2002.

Demokrasi daan Hak Asasi Manusia, Makalah disampaikan pada Pelatihan Persiapan Peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesai - Australia tahun 2001/2001, diselenggarakan oleh Depdiknas di Cibubur, 18 September - 1 Oktober 2001.

Budaya Islam di Indonesia dalam Konteks Peradaban Dunia, Makalah disamapaikan pada acara "Dialog Interaktif tentang "Budaya Islam di Indonesia dalam Konteks Peradaban Islam Dunia", yang diselenggarakan Panitia Peringatan Maulid Nabi 1422 H, DKM Masjid Ibadurrahman Sawangan, Depok, 23 Juni 2001.

Manajemen Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Makalah disampaikan dalam "Seminar Internasional Wakaf Sebagai Badan Hukum Privat", yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Sumatera Utara di Hotel Garuda Medan, tanggal 6 dan 7 Januari 2003.

Peranan Orang Tua dalam Mewujudkan Etika dan Estetika Kesehatan Reproduksi Remaja Menurut Ajaran Agama, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pemberdayaan Perempuan Memperingati Dies Natalis Ke - XXXIX UPN "VETERAN" Jawa Timur, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Wanita Lembaga Penelitian dan Pengembangan UPN "VETERAN" Jawa Timur, di Surabaya, 1 Agustus 2002.

Pembangunan Hukum Berwawasan Budaya, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional "Pembangunan Berwawasan Budaya, Agenda Untuk Solusi, diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, di Jakarta tanggal 18 Desember 2002.

Hukum Islam di Indonesia, Makalah disampaikan dalam "Ceramah Dzuhur" , yang dilaksanakan oleh PT. Permodalan Nasional Madani, Jakarta, tanggal 20 November 2002.

Profil dan Aspek Manajerial 'Islamic Philanthropy" di Indonesia, Makalah disampaikan pada acara "Workshop on Issues of Islamic Philanthropy for Social Justice Prospects and Constrains" yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa dan Budaya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di Cisarua pada tanggaal 27-29 Juni 2002.

Hak Asasi Manusia, Hukum dan Perempuan di Indonesia, *Disampaikan dalam acara Sosialisasi Hak-Hak Perempuan di Yogyakarta, 2001.

Manajemen Kelembagaan Wakaf, Makalah disampaikan dalam acara Workshop tentang Peningkatan Manajemen Pengelolaan Tanah Wakaf dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Umat Di Propinsi DKI Jakaarta, diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Propinsi DKI Jakarta di Jakarta, 7 Agustus 2002.

Perwakafan dan Permasalahannya di Indonesia, Makalah disampaikan dalam Acara Diskusi yang diselenggarakan oleh PT. Permodalan Nasional Madani, di Jakarta pada tanggaal 24 Oktober 2002.

Manajemen Kelembagaan Wakaf dan Permasalahannya di Indonesia, Makalah disampaikan dalam Kuliah Perdana Program Pascasarjana Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Metro, Lampung, 1 September 2002

Dasar Hukum dan Pengertian Wakaf, Majalah Modal No. 2/1- Desember 2002

Wakaf Uang dan Dasar Hukumnya, Majalah Modal No. 3/1-Januari 2003

Agar Wakaf Tidak disalahgunakan, Majalah Modal No. 4/1-Februari 2003

Wakaf dan Kesejahteraan, Majalah Modal No. 5/1-Maret 2003

Melihat Mesir (Praktek Perwakafan di Mesir), Majalah Modal No. 6/1-April 2003

Wakaf dalam Undang-undang di Indonesia, Harian Republika tanggal 1 April 2003

Kasus Kita (Kasus Perwakafan di Indonesia), Majalah Modal, No. 7/1-Mei 2003

Reformasi (Reformasi Pengelolaan Wakaf), Majalh Modal, No. 8/1-Juni 2003

Dan lain-lain

Proof Reader: M.I.M Community

Tidak ada komentar:

Posting Komentar